KULTWIT
You are here: Home » Kiprah » Pancasila Sebagai Ruh Bernegara dan Beragama

Pancasila Sebagai Ruh Bernegara dan Beragama

CERAMAH FAHRI HAMZAH DALAM ACARA RAMAH TAMAH WAKIL KETUA DPR RI DENGAN MASYARAKAT UTAN SUMBAWA

Pancasila Sebagai Ruh Bernegara dan Beragama

1. Bismillahirahmanirrahim. Assalamu’alaikum Wrwb. Alhamdulillah. Amma ba’du.

2. Para bapak-bapak, teman-teman sekolah, teman-teman nostalgia, orangtua semua, para tetangga

3. Pertama, kita bersyukur karena termasuk orang yang dimakbulkan oleh Allah untuk diperjumpakan dengan bulan Ramadhan

4. Kita selalu berdoa agar diantarkan pada bulan Ramadhan. Sekarang kita sudah berada disini dan kita bersyukur pada Allah

5. Bulan Ramadhan bagi orang-orang seperti saya yang merantau keluar kampung. Saya keluar Utan merantau ke Jakarta tahun 1992.

6. Artinya, saya sudah 25 tahun merantau. Seperempat abad. Sebelum ke Jakarta, saya ke Mataram tahun 1990.

7. Bagi kita-kita yang keluar kampung, Ramadhan itu adalah nostalgia yang mengembalikan cinta kita kepada Allah, Rasul, ibadah dan kepada kampung yang tidak mungkin kita lupakan

8. Orang-orang kampung seperti saya, sulit dipersoalkan nasionalismenya. Sekarang tiba-tiba diperdebatkan kecintaan kita semua kepada tanah air

9. Tanah air bagi orang kampung seperti saya dan kita, terlalu nyata dalam hari-hari.

10. Saya lahir di utan. Rumah kelahiran masih ada. Tanah ini tempat tanaman tumbuh dan saya makan. Semua masih ada. Keharumannya masih terasa

11. Kalau saya datang di musim hujan, lalu tanah di Utan itu mengeluarkan harum yang mendatangkan nostalgia. Mendatangkan cinta

12. Kawan-kawan sebagai saudara, kelihatan. Guru-guru kita yang masih hidup, teman-teman sekolah dan teman bermain, yang masih hidup atau yang meninggalkan kita. Semua nyata

13. Yang masih hidup meninggalkan kesan yang mendalam. Bayangkan 20 tahun yang lalu. Masa-masa SD dan SMP

14. Dulu 30 tahun lalu, Utan belum ada listrik. Sehingga bagi kita di masa-masa itu, malam adalah malam. Siang adalah siang

15. Sekarang kita sering keliru. Ini malam apa siang. Karena kita tidak lagi melihat bulan dan bintang. Apalagi kalau hidup di Jakarta

16. Ini bulan berapa tanggal berapa. Kita semua menjadi bingung. Kadang tak jelas siklus hidup kita di kota.

17. Tapi kita yang masih hidup di Utan yang tak ada listrik, pada saat itu; Malam dan siang itu kentara betul.

18. Kita menunggu waktu berbuka dan matahari tenggelam. Ditemani oleh lampu yang kecil. 30 tahun seperti itu kenangan kita

19. Kita pada saat itu tidak punya sumber informasi. Ada TV di puskesmas. TV hitam putih di depan rumah Haji Amin

20. Kalau malam-malam kita datang nonton. Saya tidur di got depan TV. Sebenarnya kita datang, mau tidur. Karena yang ditonton tidak kita mengerti

21. Jam 12 atau jam 1 malam, ibu saya datang, menggendong saya yang sudah tertidur di got. Itulah imajinasi masa lalu

22. Hanya radio yang sering memberikaan informasi kepada kita. Dulu ada Daeng Naba. Seorang ulama Padang.

23. Pindah ke Makassar dan menjadi pendakwah. Di radio. Anaknya menjadi teman saya. Ibnu Mundzir.

24. Dulu, Ummu Kultsum diputar sebelum berbuka puasa tiba. Enak sekali lagunya kita dengar.

25. Suatu hari saya beli kaset Ummu Kultsum pada saat kunjungan ke Lebanon.

26. Pada saat di mobil saya putar lagu ini dan Cho bilang tahu lagu itu. Hebat juga. Itulah memori

27. Itulah kira-kira memori tentang Utan yang tak ada listrik. Sehingga khusyuk tarawih kita. Syahdu

28. Saya masih ingat benar bagaiama Ustadz Jibril Husaini yang saat itu rutin memberikan ceramah

29. Kalau kita kembali ke Utan sini pada saat Ramadhan itu, kenangan itu melimpah

30. Saya sangat berhutang budi pada tanah ini. Pada udara yang segar yang mengisi paru-paru kita dan menguatkannya

31. Lalu kita ingin pulang dan ingin dimakamkan di tanah ini. Dipeluk tanah kampung ini

32. Allah mengirimkan Ramadhan untuk mengenang nostalgia. Untuk kembali ke titik nol. Mengurai kenangan tentang ibadah kita kepada Allah

33. Biarkanlah tubuh itu kembali berhenti beraktivitas. Menjaga mekanismenya. kembali bernafas agar kembali normal.

34. Bulan Ramadhan, juga bulan turunnya Alquran. Kita baca. Agar akal kita kembali sadar dan waras. Agar kita kembali dari kekeliruan

35. Di bulan Ramadhan ini kita diajarkan untuk dekat kepada Allah. Lakukan Qiyamullail. Merasa dekat kepada Allah. Merasa menjadi hamba yang menyadari kekeliruannya

36. Di bulan ini kita memiliki semangat peduli. Begitu hancur lebur kemanusiaan kita, dikembalikan kepedulian kita kepada sesama.

37. Itulah bulan Ramadhan yang saya sampaikan sebagai pembuka. Jadikan bulan ini untuk menambah ketakwaan kita kepada Allah

38. Mudah-mudahan bulan ini kita maksimalkan diri dalam beribadah, agar kita kembali kepada fitri

39. Itu yang pertama. Yang kedua, Utan ini adalah sentrum dari politik nasional. Utan tempat diproduksinya politisi-politisi tangguh.

40. Baik politisi dan pemimpin Kabupaten, Gubernur dan nasional. Punya sejarah dan akar di sini. Ada Pak Dien Syamsuddin dan yang lain

41. Kalau jadi pejabat di Utan, misalnya, kalau lolos jadi Camat di sini, maka akan jadi pejabat seterusnya.

42. Karena itulah kalau kita berbicara di Utan, maka relevan bicara apa isu nasional di Jakarta

42. Ada pertanyaan dari masyarakat, bagaimana itu soal angket KPK. Atau kampanye “Saya Indonesia, Saya Pancasila”. Atau tentang peristiwa di Manado

43. Jadi sebenarnya, orang Utan di sini adalah orang yang sangat melek politik. Tahu perkembangan politik

44. Maka relevan juga kalau kita berbicara dengan tema itu. Terutama sikap saya dalam politik.

45. Memang ada yang aneh san merupakan pertarungan yang rutin sebagai bagian dari pertarungan lama

46. Saya pernah usulkan ke Pak Prabowo dan Jokowi. Kita membuat peta koalisi sederhana. Kami buat Koalisi Merah Putih (KMP) dan Jokowi buat Koalisi Indonesia Hebat (KIH).

47. Lalu ada yang takut dengan itu, lalu dibubarkan. Atau direkrut satu-satu sehingga akhirnya tak ada anggotanya. Bubar di tengah jalan

48. Sebenarnya kalau bisa, kita buat tradisi politik yang didialogkan. Politik kita menjadi dialogis.

49. Misalnya di Amerika. Ada kelompok Demokrat yang mengusung Hillary Clinton dan Konservatif yang mengusung Donald Trump

50. Misalnya, di jaman Orde Baru, peta politik dibuat tiga aliran. Kaum santri di PPP, priyayi di Golkar dan abangan di PDIP

51. Setelah reformasi kita pernah buka kran dan mendaftarlah 480 partai. Di DPR sekarang ini ada 10 partai.

52. Sekarang yang harus dimajukan narasinya. Narasi ini yang membuat politik menjadi menarik.

53. Contoh pertarungan KMP dan KIH itu di Jakarta. KIH dianggap mewakili nasionalis sekuler. Dan KMP nasionalis religius

54. Kalau ini dilembagakan, maka pertarungan ini lebih sederhana dan politik lebih bisa dikelola

55. Misalnya. Nanti di 9 April 2019, Jokowi akan bertanding, maka akan ada pertarungan dan akan muncul wakil dari KMP. Atau calon diluar koalisi

56. Apa yang sedang terjadi sekarang ini, karena tidak ada dialog. Komunikasi buntu dan tak terkelola

57. Pak Jokowi sepertinya melanjutkan atau biarkan emosi orang-orang kalah di Pilkada DKI. Tidak ada dialog dengan apa yang terjadi di masyarakat

58. Karena sekarang, ada kelompok yang mampu menguasai media, mencitrakan seolah-olah kita tidak pancasilais. Padahal kita hapal 36 butir Pancasila hapal UUD 1945

59. Tiba-tiba ada kelompok yang memutar balikkan fakta seolah-olah kita tidak toleran. Gara-gara tidak memilih Ahok lalu dicitrakan tidak toleran

60. Orang-orang Betawi, orang di Jakarta yang memilih pemimpin muslim karena bagian dari keyakinannya. Kok dianggap tidak toleran

61. Padahal memiilih pemimpin karena agama adalah persoalan pribadi yang tidak perlu dipersoalkan.

62. Gara-gara kalah Pilkada di DKI lalu marahnya luar biasa, lalu dianggap semuanya tidak toleran. Sehingga muncullah reaksi-reaksi yang berlebihan

63. Saya mau cerita. Ada satu negara namanya Maladeqlwa. Konstitusinya mengatakan; penduduk Maladewa wajib beragama Islam

64. Malaysia juga seperti itu. Lha negara kita kan tidak begitu. Tapi kenapa dipersoalkan

65. Pemimpin yang berkuasa sekarang ini sepertinya tidak hapal Pancasila. Tidak ikut penataran. Saya sebut mualaf Pancasila. Karena paling semangat

66. Makanya saya rubah kampanyenya, “Saya Indonesia dan saya bukan mualaf Pancasila”

67. Pemimpin kita tidak pernah atau tidak dalam penggaliannya pada konstitusi negara. Kajiannya pada sejarah dan ideologi bangsa itu tidak kuat.

68. Sehingga kalau berpidato pidatonya tidak menarik. Ibu-ibu sekarang lebih suka menonton sinetron daripada mendengarkan pidato pemimpin

69. Dulu Bung Karno menggali Pancasila. Bersama ulama berdebat tentang Pancasila. Dalam perdebatan panjang dan dalam

70. Ternyata setelah kita gali, Pancasila itu adalah intisari dari tujuan dalam bernegara dan bersyariah umat Islam

71. Dalam Pancasila ada pemeliharaan agama. Makanya ada sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa.

72. Lalu kok sekarang ada yang takut dengan kata jihad dan khilafah. Padahal penggaliannya dari situ. Dari intisari Pancasila

73. Ada lagi misalnya pemeliharaan pada kemanusian kita. Ada tentang persatuan. Ada permusyawaratan

74. Tapi Presiden seperti tidak mengerti. Bilang saya Pancasila. Mungkin Presiden yang tidak Pancasilais

75. Saya insya Allah akan selalu tampil. Karena sekarang ada kelompok yang ingin mengganti Pancasila 18 Agustus 1945

76. Ada yang ingin merubah. Memajukan Pancasila 1 Juni tapi lalu mengubur 1 Oktober hari Kesaktian Pancasila.

77. Tanggal 1 Juni kita memperingati ketika Bung Karno berpidato tentang Pancasila. Lalu kita peringati sebagai Hari Kelahiran. Tali lalu ingin mengubur memori pengkhianatan PKI

78. Karena kelompok sekuler ini tak peduli pada Indonesia. Mereka maunya saja merusak bangsa kita. Eksploitasi SDA kita dan sebagainya lalu pergi dari Indonesia

79. Makanya mereka melakukan kampanye negatif. Seperti yang terjadi di Manado. Karena mereka khawatir dengan apa yang saya lakukan

80. Mereka ingin mementahkan intisari sila pertama tentang agama dan syariat agama. Saya ingin mengkritik presiden yang lakukan pemisahan agama dari negara

81. Ketiga, saya punya pikiran begini. Ada banyak generasi di dalam PKS. Yang mulai sadar bahwa cara mengelola politik seperti PKS sekarang ini adalah salah.

82. Tapi banyak yang penakut dan itulah penyakit orang Indonesia. Banyak yang sadar tapi belum massif. Walaupun jumlahnya lebih besar dari jumlah pendukung pemimpin PKS sekarang

83. Saya percaya dan berdo’a bahwa kepemimpinan PKS sekarang ini akan segera berganti dengan pemimpin yang mengerti persoalan sehingga bisa mewakili persoalan umat

84. Menurut saya, berbahaya sekali bagi kita jika tak ada partai Islam. Kelompok islam tak terbiasa menerima otoritas

85. Indonesia tadinya, sebelum terbentuk, adalah kesultanan-kesultanan Islam. Dari sabang sampai merauke. Sebelum Belanda datang

86. Lalu ada perlawanan. Berabad-abad. Itu yang menjaga nasionalisme kita. Elan vital kita. Kalau tak ada tradisi melawan maka terbayang masa depan Indonesia

87. Ada konsep yang namanya umat. Yang lebih besar dan lama dari bangsa.

88. Sekaya-kaya kita sehormat-hormat status kita, tidak ada yang mau ibadah dengan cara negara

89. Itulah umat. Ikatannya personal. Termasuk negara bangsa yang belakangan datang

90. Yang merdeka adalah kesultanan-kesultanan Islam. Airport di Indonesia nama-nama sultan ditabalkan

91. Karena itu partai-partai Islam harus terus ada. Kalau umat tidak diorganisir pawai masuk ke negara, maka akan ada perlawanan

92. Orang-orang yang menghantam umat dan memblackmail umat Islam ini yang berbahaya.

93. Eksplorasi ide-ide dan gagasan Islam dalam bernegara harus terus ada. Makanya partai Islam harus terus ada. Mendialogkan ide-ide

94. Lalu PKS bagaimana. Saya merasa tugas saya selama 14 tahun mengintroduksi pikiran yang modern di DPR alhamdulillah sudah banyak.

95. Saya posisi di Pimpinan DPR banyak sekali mengintroduksi sistem pendukung parlemen modern

96. Rasanya kalau jadi tukang teriak di parlemen, tugas saya tidak di situ lagi.

97. Makanya kemarin saya bilang, saya ingin bertugas jadi marbot saja. Membersihkan, menjaga, dan menyatukan potensi pikiran, ide, potensi dan kekuatan

98. Karena, sekarang kita berada di tengah gelombang. Dan kalau ada gelombang yang massif tapi tidak mampu dikelola, ini bisa rusak negara

99. Saya saksikan dimana-mana. Partisipasi masyarakat Islam Indonesia semakin membesar. Di banyak daerah.

100. Maka, saya ingin menjadi marbot yang menjaga gelombang itu.

101. Menjaga Indonesia kita. Ini ada bahayanya kalau kita tinggalkan.

102. Ada yang bertanya, kenapa pak Fahri kritis pada KPK. Saya jawab, karena ketidakadilan yang dilakukan KPK bisa menghancurkan negara saya. Indonesia

103. Ini yang kita jaga. Kemarin kita lihat, pak Amin Rais mau dibidik KPK. Dicari-cari kesalahannya karena bersikap kritis

104. Itulah artinya Marbot. Menjaga gelombang umat. Sambil menjalani sisa-sisa jabatan saya

105. Dalam sejarah kita ada gelombang 20 tahunan yang selalu terjadi. 1908. 2028. 1945. 1965. 1978. 1998. Dan nanti akan ada puncaknya kemungkinan di tahun 2018

106. Dulu, Soviet bisa bubar setelah merdeka. Soviet berdiri dari federasi. Bagian-bagian. Ketika bubar, terpecah itu negara.

107. Indonesia hanya ada satu negara, kalau tidak kuat menjaganya kembali, bisa pecah dan berbahaya

108. Dari Utan ini semoga lahir kemauan dan cita-cita untuk melihat Indonesia menjadi bangsa yang besar dan kuat

109. Melihat Umat Islam Indonesia menjadi umat yang besar dan menjadi inspirasi dunia

110. Kalau Allah menghendaki kebaikan suatu kaum maka Allah akan berikan pemimpin terbaik. Kalau Allah menghendaki keburukan, maka Allah berikan pemimpin terburuk

111. Semoga kita menjadai bangsa besar di dunia yang mampu mewujudkan cita-cita bagi masa depan dunia.

112. Mewujudkan keadilan sosial dan perdamaian abadi. Mewujudkan peradaban yang kita citakan bersama

113. Wassalamu’alaikum Wr.wb

Desa Motong-Utan Sumbawa, 4 Juni 2017
__
Utan adalah nama Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Besar. Tempat kelahiran, masa kecil dan remaja Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top