KULTWIT
You are here: Home » Kultwit » ASIAN GAMES & POLITIK OLAH RAGA YANG DIPATRI BUNG KARNO

ASIAN GAMES & POLITIK OLAH RAGA YANG DIPATRI BUNG KARNO

Tentang Asian Games 2018 yang baru usai dan Asian Games yang kali ke-2 di selenggarakan di Jakarta (kini tambah Palembang) adalah peristiwa yang kaya dengan makna apabila diberi narasi. Jika 1962 kira berani, maka 56 tahun kemudian kita pasti berani. Dan terbukti.

Mengutip Bung Karno, “Olahraga adalah politik”. Asian Games juga lahir dari pergerakan politik.
Negara-negara yang baru merdeka ingin menunjukkan solidaritas sesama mereka.

Lahirlah ajang olah raga yang penuh tarik menarik. Tahun 1962 di Jakarta, sederhana tapi kaya makna.

Melanjutkan semangat itu, Bung Karno memprakarsai GANEFO (games of new emerging forces).

Ini politik, sehingga KOI membekukan Indonesia dalam Olimpiade 1964. GANEFO menolak keikutsertaan Taiwan karena simpati pada RRC dan Menolak Israel karena menjajah.

Politik, olahraga dan ketegangan seperti napas Indonesia hari itu, tahun 1965 Bung Karno mendirikan CONEFO (conference of new emerging forces).

Ini adalah blok politik baru, kekuatan ke-3 untuk melawan Blok lama OLDEFO (Old and Established Forces).

Inilah negara baru yang berani dan menantang dunia, segala peristiwa dicipta untuk menunjukkan bahwa kita ada.

Tak kecuali olahraga, kepada Menpora Maladi waktu itu, Bung Karno berpesan agar melalui GANEFO menyebarkan pentingnya “sport minded” kepada bangsa.

Kata Beliau,”Maladi, engkau aku jadikan Menteri Olahraga dan perintahku kepadamu ialah buatlah seluruh bangsa Indonesia ini sport-minded.
Dari orang Indonesia yang sudah kakek-kakek, nenek-nenek sampai kepada anak-anak yang masih kecil,…”

“…. jadikanlah seluruh Rakyat Indonesia sport-minded. Kuperintahkan: Gerakkan, gerakkan, gerakkan seluruh bangsa Indonesia dan seluruh bangsa New Emerging Forces ini, dengan cara yang sehebat-hebatnya,”
Demikian perintah Presiden Soekarno kepada Maladi.

Semalam, dunia menyaksikan selebrasi penutupan Asian Games 2018 di Gelora Bung Karno.
Telah nampak kemeriahan dan histeria pembukaan Asian Games Indonesia pada 18 Agustus lalu kembali terulang. Dalam suasana yang tentu jauh lebih mewah dari 56 tahun lalu.

Tentu ini bentuk kesyukuran kita. Kegembiraan dan sukacita berpesta olahraga bersama saudara se-Asia menular ke seluruh saudara sebangsa kita. Kita bangga menjadi tuan rumah. Kita bangga melayani tamu dari negeri tetangga secara baik.

Dengan berakhirnya Asian Games 2018 ini, saya memberi apresiasi dan beberapa catatan yang semoga menjadi perenungan kita bersama. Tentang olahraga, tentang prestasi kebangsaan kita dan tentang intisari dari seluruh pesta ini. Agar ia tak lekang.

Pertama soal prestasi penyelenggaraan. Kesunggguhan kita untuk melayani para handai taulan dari negara tetangga dan rakyat kita dalam pesta olahraga yang berkualitas, sudah sangat optimal. Fasilitas olahraga kita di Asian Games 2018 terbukti memuaskan banyak pihak.

Infrastruktur di sekitar lokasi acara juga sangat manis dipandang. Orang-orang asing, supporter, wisatawan lokal dan luar merasa gembira menikmati fasilitas di Jakarta. Kerjasama pemerintah pusat dengan Pemerintah DKI terjalin harmoni. Terima kasih pak Anies Baswedan.

Kritik dan masukan soal fasilitas yang dulu pernah dihembuskan, telah diserap dan memperkaya pelaksanaan. Inilah kekuatan kita. Kekuatan untuk menentukan prioritas dari seluruh masalah yang nampak ada. Terima kasih Bung Eric Tohir dan Tim INASGOC-nya.

Tim saya di lapangan juga menyaksikan bagaimana pelayanan atlet yang maksimal yang diberikan oleh panitia, mulai tempat istirahat, makan dan minum yang sangat baik standarnya hingga hiburan dan pelayanan medis untuk atlit yang sangat membantu.

Semua atlit dari berbagai negara mengaku senang dan betah dengan suasana Jakarta dan Palembang. Inilah gambaran kegembiraan yang kita harapkan bersama dan suasana kebatinan atlit ini harusnya meluas dalam suasana kehidupan warga. Terima Kasih Pak Alex Nurdin.

Fasilitas dan pelayanan yang prima ini juga harus menjadi batu pijakan berikutnya agar fasilitas dan pelayanan atlit lokal kita juga terjamin seterusnya. Ada impian besar kita bersama tentang masa depan olahraga di negara ini. Lanjutkan pak Menpora.

Bahwa atlit itu tumbuh karena menjamurnya fasilitas olahraga dan kesungguhan seluruh lapisan pemerintah menyediakan fasilitas olahraga. Lapangan sepakbola, volley, basket dan takraw di kampung, jadi kesenangan tersendiri dan jadi pusat pembibitan.

Pelatih berbagai jenis olahraga yang menjamur; panahan, silat renang, lari, berkuda dan sebagainya jadi penyebar wabah yang terus menggeliatkan olahraga kita. Rakyat rutin menghidupkan olahraga, selain karena tradisi, juga karena ada yang membimbingnya.

Kita punya banyak kearifan lokal yang luar biasa tentang seni dan olahraga. Ada pencak silat yg hidup di sepanjang tanah Melayu dan ribuan tahun tetap lestari, ia hari ini menjadi penyumbang terbesar raihan emas di Asian Games 2018. Terima masih pak Prabowo dan IPSI.

Ada renang di sepanjang daerah pesisir sungai yang melahirkan pemuda-pemuda perenang yang tangguh yang mampu melawan derasnya arus. Ada panahan di daerah-daerah tertentu di pinggir hutan berburu. Ia hidup dalam hari-hari kita.

Ada takraw yang menjadi tradisi di sepanjang sore di sebagian rakyat Sulawesi dan Indonesia Timur . Ada lari dan bermain bola yang rutin dilakukan oleh anak-anak pantai, gunung dan perbukitan. Sesungguhnya, kita punya tradisi olahraga yang dahsyat.

Kapan tradisi itu hidup dan kembali mejadi keseharian warga bangsa ini? Ketika para guru kembali ke pelosok-pelosok, mengajarkan tradisi itu. Mengajarkan kearifan itu. Mengajarkan tentang hakikat olahraga dan seni itu. Mari perhatikan Guru.

Catatan yang kedua adalah tentang sukses prestasi. Kita patut berbangga karena prestasi Asian Games kita melonjak drastis di tahun ini. Dari target 20 Emas, per 2 September menjelang penutupan kita sudah mendapatkan 31 Emas.

Total ada 31 Emas, 24 Perak dan 43 perunggu. sungguh mengharukan. Untuk mencapai ke tahap ini, tentu tidak mudah. Ada perjuangan, ada pengorbanan, ada kerja keras, ada kesungguhan dan konsistensi. Saya mengucapkan Terima kasih kepada seluruh tim Atlet Indonesia.

Saya mengapresiasi seluruh atlit yang telah mengharumkan nama Indonesia di tingkat Asia dan tentu juga dunia langsung atau tidak. Yang telah mengantarkan Indonesia di peringkat 4 perhelatan Asian Games 2018 ini. Semua yang terlibat adalah pahlawan bangsa.

Saya juga mengapresiasi pemerintah yang sudah berjanji untuk memberikan bonus yang besar kepada seluruh atlit yang berprestasi yang tentu saja ini akan menguatkan mereka di tahun-tahun berikutnya dan melecut semangat yang lainnya untuk juga menyumbang medali kembali.

Tentu saja prestasi atlit kita tidak boleh berhenti di Asian Games 2018. Harus Ada konsistensi dalam pembinaan atlit kita. Ada kesungguhan yang nampak dari program dan kerja kita. Jangan lupa menghargai guru, pelatih dan pembina.

Jangan ada lagi keluhan soal atlit yang kesulitan mencari sponsor. Jangan ada lagi keluhan soal atlit yang kekurangan fasilitas. Jangan ada lagi keluhan soal dualisme kepengurusan dan organisasi olahraga hanya menjadi alat politik yang tak berkesudahan.

Jangan lupa tentang “sport minded”, seperti pesan Bung Karno kepada Maladi. Bahwa medali dalam olahraga itu bukanlah satu-satunya prestasi. Ada nilai yang lebih besar dari itu semua.

Ada nilai kejujuran dan sportifitas atlit yang mesti dimiliki oleh rakyat dan pejabat di negeri ini. Ada nilai kerjasama dan gotong royong yang nilai itu mahal tak terhitung berapa harganya dalam ribuan tahun kedepan. Itu mendasar.

Ada namanya persatuan dan solidaritas antar penonton dan atlit yang mestinya itu menular ke dalam lubuk jiwa seluruh bangsa. Bahwa kegembiraan satu anak bangsa menjadi kegembiraan anak bangsa yang lain. Begitu juga lukanya.

Ada kehormatan dan harga diri seorang atlit yang kalau kita pindahkan nilai itu dalam jiwa kepemimpinan bangsa ini, ia akan menjaga kepemimpinan dan bangsa ini dalam kedaulatan dan kehormatan yang begitu gagah.

Ada nilai kesetaraan yang diajarkan oleh kontingen atlet di Asian Games, semua hidup dengan aturan yang ditentukan, semua berdampingan tanpa ada penindasan. Mayoritas oleh minoritas. Maupun minoritas oleh mayoritas. Kita hidup dengan keadilan.

Ajaran Bung Karno tentang “sport minded “ itu dapat diberi makna yang kebih luas dan situasi kekinian. Dan Indonesia sampai kapanpun adalah pejuang nilai2 demokrasi, keadilan dan keterbukaan seperti olahraga itu.

Di bawah panji Pancasila, itulah kita sebagai bangsa yang akan selalu gandrung pada perdamaian, “ikut serta dalam perdamaian dunia, yang berdasarkan kepada perdamaian abadi dan keadilan sosial…” Semoga.

Itulah tujuan negara kita dan Itulah nilai-nilai yang kedepannya harus terus terpatri, setelah Asian Games ini usai.

Semoga kita terus bersatu memenangkan Indonesia Raya.

Allahu Akbar !
Merdeka !

Twitter @Fahrihamzah 3/9/2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top