KULTWIT
You are here: Home » Kiprah » FAHRI HAMZAH MENJADI KEYNOTE SPEAKER EXPERT SERIES ILUNI UI DAN MPR RI

FAHRI HAMZAH MENJADI KEYNOTE SPEAKER EXPERT SERIES ILUNI UI DAN MPR RI

Kebebasan Sipil adalah Gizi Bagi Demokrasi

Rabu (10/5), bertempat di Nusantara V Gedung GBHN DPR/MPR RI, Wakil Ketua DPR RI menyampaikan pidato kunci pada acara Expert Series Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) yang bekerjasama dengan MPR RI. Dalam seri ke-3 ini, Diskusi rutin ILUNI UI mengambil topik “Civil and Political Liberties dalam Perspektif Demokrasi Pancasila”.

ILUNI UI mengambil tema kebebasan berpolitik dan kebebasan sipil dengan pertimbangan bahwa konstitusi kita, UUD 1945 dan Pancasila harus dikembalikan gagasan idealnya. Ia diharapkan bisa menjadi penyelesai masalah yang ada ditengah masyarakat. Konstitusi kita juga bisa disesuaikan sesuai dengan perkembangan kondisi terkini masyarakat kita. Konstitusi juga harus menjadi alas pelecut dari visi kesejahteraan rakyat yang menjadi tujuan dari kehidupan berbangsa kita.

Dalam sambutannya ketika berbicara tentang kebebasan sipil dan kebebasan berpolitik dalam persepektif Pancasila, Fahri Hamzah menyampaikan kepada hadiri agar kita semua bersyukur atas perjalanan Pilkada DKI. Kita telah melewati tensi yang sensitif dalam Pilkada DKI. Dan kita lalui dengan baik. Tensi yang ada bisa diredam dengan kearifan kolektif dari kita semua. Bangsa kita sedang mengalami masa transisi. Ada ruang yang terbuka yang perlu diwaspadai. Tapi kita bisa melewati itu semua dengan kearifan kolektif kita.

Pesan Fahri Hamzah yang kedua, semua yang menjadi tema diskusi ILUNI UI adalah buah pikiran yang mewah yang harus dibukukan dan menjadi perspektif baru bagaimana kita memberikan koreksi atas perjalanan negara. Di sesi yang kedua saja misalnya, kita bicara tentang ekonomi dan ancaman liberalisme. Di sesi yang ketiga ini kita bicara tentang kebebasan sipil. Itu semua adalah esensi dari gagasan bangsa yang termaktub dalam Pancasila dan UUD 1945. Juga menjadi tema diskusi yang selalu menarik untuk diperbincangkan untuk memperkaya pengetahuan dan kapasitas demokrasi kita.

Fahri Hamzah juga menyampaikan, bahwa falsafah tentang kebebasan dan kemerdekaan memang merupakan cita-cita bangsa kita. Kebebasan ada dan menjadi baku dalam konstitusi kita. Gagasan kebebasan kita dalam bernegara adalam kebebasan milik pribadi-pribadi. Bukan milik institusi. Kebebasan pribadi setiap warga negara ini perlu kita jaga karena itulah esensi dari kehidupan berbangsa.

Di era sekarang, orang mengekspresikan kemerdekaannya dengan bebas sekali. Kalau dulu, slogannya “sekali merdeka tetap merdeka”, maka kini solgannya berubah menjadi “sekali merdeka, merdeka sekali”. Dengan perkembangan teknologi informasi yang sekarang begitu luar biasa, kebebasan sipil itu semakin luas. Kita bisa bicara, mengkritik presiden, berdagang, menikah dan sebagainya, bisa lewat segenggam smartphone.

Kebebasan sipil meluas. Tapi kapasitas negara stagnan. Misalnya, contohnya dalam kasus pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Kasus pembubaran HTI sebenarnya bentuk dari kepanikan pemerintah menghadapi berbagai dinamika yang berkembang sebagai bentuk dari cara rakyat mengekspresikan kebebasannya.

Ide dalam agama itu sedang dikampanyekan dalam HTI. Walaupun tidak semua ummat Islam setuju. Tapi dalil apapun dalam agama tidak bisa dipidanakan. Justru ide yang tidak didiskusikan bisa menjadi kepanikan. Sekarang pidato rakyat dianggap menjadi ancaman oleh pemerintah. Negara tidak berubah karakternya. Hanya meminta kekuasaan lebih. Juga meminta uang lebih.

Menurut Fahri Hamzah, Kebebasan sipil adalah gizi bagi demokrasi. Yang kita lakukan hari ini dan masa depan itu seharusnya bukan mengurangi kebebasan rakyat. Tapi yang kita lakukan adalah menperkuat kapasitas negara agar mampu mengelola kebebasan rakyat.

Selain Fahri Hamzah sebagai Keynote Speaker, ada beberapa pembicara lain yang nampak mengisi acara tersebut. Seperti Chusnul Mar’iyah (Dosen Politik Universitas Indonesia), Peter Sumaryoto (mantan Ketua Dewan Mahasiswa UI), Mulyadi (Dosen Politik Unhas) dan Neno Warisman (Ketua Gerakan Ibu Negeri).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top