Alhamdulillah. Sebentar lagi Muharram tahun baru Islam. Kita baru melalui peristiwa haji yang di bulan Dzulhijjah yang khusyuk dan sangat luar biasa, suatu prosesi kolosal dimana ummat Islam datang dari berbagai penjuru dunia berbagai bangsa datang ke satu titik, sholat di tempat yang sama, thawaf, sa’i, berhallul, wukuf, bermalam, melempar jumrah di tempat yang sama.
Haji adalah peristiwa besar nan kolosal. Jutaan manusia datang dari berbagai bangsa-bangsa berkumpul dalam satu tempat, dalam ibadah yang sama, dzikir yang sama.
Inilah ironisnya, mengapa masih saja ada provokasi bahwa agama berbahaya bagi bangsa. Dan itu berasal dari segelintir pemimpin bangsa yang mayoritas beragama Islam, hal ini harus kita tolak. Karena agama ini pembentuk republik, kesultanan Islam telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka. Bangsa ini merdeka atas berkat Rahmat Allah dan perjuangan besar ummat Islam, maka tak ada alasan meminggirkan ummat dari panggung sejarah kebangsaan.
Para sultan berkonsultasi kepada para ulama sebelum berperang melawan penjajah Belanda yang datang dengan semboyan gold, gospel dan glory (mencari emas/hasil bumi, penyebaran agama, dan kebanggaan menjajah). Setelah mendapat persetujuan ulama, para sultan menyerukan kepada rakyatnya keluar berperang melawan penjajah dengan segenap pengorbanan jiwa raga dan harta. Itulah sebabnya penjajah tidak pernah bisa sepenuhnya menguasai bangsa kita, karena sistem beragama dan kekuatan sosial yang dibangun ummat Islam. Penjajah hanya bisa menguasai sedikit dengan upaya adu domba.
Mengapa daya rekat ummat ini begitu kuat? Karena kita mengalami peristiwa agama yang sama dalam kehidupan pribadi kita, sejak lahir diadzankan, diaqiqah, diajarkan ilmu dasar agama, dinikahkan, bahkan peristiwa kematian pun kita berada dalam cara Islam yang sangat privat dan eksklusif dimana negara tidak bisa masuk, negara hanya bisa mengadministrasikan kehidupan pribadi dan sosial kita. Peristiwa keagamaan pun demikian, hari-hari besar Islam dan rangkaian ibadah yang bersifat massif dan kolosal seperti Idul Fitri, Idul Adha, Haji, dan festival hari lainnya justru harus mendapat perhatian dan dukungan negara karena dari sanalah sumber energi pribadi ummat lahir yang bermanfaat bagi negara.
Islam adalah ketinggian, tinggi dimana tak ada yang lebih mulia darinya. Islam adalah karakter yang hidup, the living identity. Melekat kuqt dalam keyakinan, diikrarkan dalam perkataan dan dan diamalkan dalam perbuatan. Itulah yang melekat dalam kehidupan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Pada saatnya manusia akan berbondong-bondong memeluk Agama Islam
Maka dalam tempo yang singkat jazirah Arab menyatakan diri memeluk Islam. 70 tahun setelah Rasulullah SAW wafat, ekspedisi-ekspedisi dakwah masuk hingga Eropa, menumbangkan Persia dan masuk ke Asia Tengah, menciptakan negara-negara yang mayoritas penduduk Islam. Bahkan ketika Uni Soviet hancur berantakan Glasnot Perestroika di dalamnya negara-negara pecahan kita temukan negara berpenduduk Islam Azerbaijan, Uzbekistan, Kazakhstan, Kirgistan, Turkmenistan dan lainnya. Karena agama ini menyebar ke seluruh dunia begitu cepat. Ini tidak lain karena Nur cahaya iman yang terwujud dalam perbuatan yang menjadi contoh hidup dari para pemimpin Islam yang ikhlas, para ulama yang berpikiran luas, para pengusaha yang dermawan, dan rakyat yang hidup dengan penuh harmoni bagai lebah yang diamnya pun bermanfaat, menjadi obat yang menyehatkan masyarakat.
Kalau ingin menjayakan agama dan bangsa kita, maka kita harus kembali kepada bagaimana agama itu masuk dalam kehidupan kita dan mengatur hajat kita, menjadi sumber keyakinan dan karakter. Jangan sampai menjadi kemunafikan yang berbeda antara ucapan dan perbuatan. Hukuman bagi kemunafikan sangat besar akan diletakkan di dasar neraka yang paling dalam dan tiada penolong bagi mereka.
Begitulah Islam ini jangan pernah mengambil setengah-setengah. Harus kaffah keseluruhannya kita ambil untuk kehidupan kita. Jangan sampai kemunafikan pribadi terkumpul menjadi kemunafikan bersama sehingga negara kita menjadi lemah, sistem sosial kita menjadi rapuh. Mudah pecah dan terombang-ambing bagai buih di lautan tak menentu arahnya.
Muslim adalah perencana hebat, pada pribadi dan sistemnya. Tak mungkin begitu cepatnya Islam menyebar tanpa perencanaan yang matang dan teliti. Cahaya Islam menyebar ke seluruh dunia dalam waktu singkat, pemimpin bangsa dan ulama bersatu padu berjuang melakukan ekspansi demi tegaknya Islam di setiap belahan bumi. Mereka merencanakan secara detil agar proses penaklukan dan penyebaran Islam sampai secara efektif kepada semua manusia. Diperlukan manajemen perencanaan dan komunikasi yang canggih dalam dakwah Islam sehingga efisien dan dapat diterima secara luas. Para ulama dan saudagar Islam datang ke para raja dan pemimpin bangsa-bangsa serta pemuka masyarakat untuk mendialogkan Islam sebagai jalan hidup. Dan pemimpin bangsa-bangsa mengajak semua rakyatnya memeluk Islam sebagai agama.
Demikianlah Islam menembus jantung eropa, menaklukkan Persia dan Romawi, melintasi Asia Tengah dan Selatan. Islam tinggi dan mulia maka kita harus meninggikannya dan menggunakan cara-cara terbaik dalam mendakwahkannya.
Barokallahu
(Disadur dari Khutbah Fahri Hamzah di Masjid Raya Kota Bengkulu)