Salah satu kelemahan dalam demokrasi yang juga kelebihannya adalah karena hak memilih diberikan kepada semua orang.
Padanya ada persoalan karena yg gak paham punya hak yang sama dengan yang sangat paham. Lalu, muncul histeria yang mengubur kesempatan logika.
Di dunia demokrasi dari yang kasta paling tinggi sampai kasta paling rendah sering muncul masalah ini: pemimpin yang dipilih dalam suatu histeria yang luar biasa dan dianggap sebagai harapan ternyata dalam kenyataannya tidak sanggup bekerja dan tidak punya kapasitas.
Kadang, mereka nampak muda, santun dan anggun, nampak akrab dan akting-nya luar biasa, gampang dipoles dan diatur, gampang ditata dan disuruh berkata-kata. Lalu publik melihatnya kok ya sesuai dengan apa yang menjadi harapan massa. Lahirlah histeria. Harapan baru telah tiba.
Di belakang figur ini biasanya ada lembaga yang menata, konsultan citra. Mereka memulai dengan meneliti mood dan rasa yang sedang dirasa massa. Ketemulah; publik mau yang begini, begini dan begini. Dan sang calon ditata dan disesuaikan dengan apa yang dikehendaki massa.
Persis, pakaian, kata-kata, tindakan sehati-hari. Dan semua yang mungkin dipermak akan ditampilkan sepenuhnya sesuai perasaan publik tentang siapa yang mereka kehendaki menjadi pemimpin mereka. Eskalasi memuncak. Kelemahan tak terungkap. Yang paham = yang tak paham.
Dengan penampilan dan cara pencitraan seperti itu, seorang kandidat bisa mengalahkan seorang yang sejatinya punya kapasitas, kemampuan dan pengalaman memimpin lebih baik tapi kalah citra. Kalah dalam memahami mood massa.
Sering, diujungnya nanti sebagai cara memahami isi otak calon pemimpin, maka demokrasi menyelenggarakan debat. Tapi sangat singkat. Debat pendek itu berhasil membuat segelintir cerdik pandai memahami siapa kandidat yang mampu. Tapi histeria telah terbentuk. Debat tak berguna.
Melihat buruknya akibat dari metode pencitraan dan Histeria Citra yang lalu di banyak negara, maka kita harus memperbaiki metode pemilihan pemimpin kita dari waktu ke waktu. KPU seharusnya memperbanyak perdebatan.
Semoga bangsa dan negara kita terhindar dari pemimpin yang dipilih dengan metode pencitraan. Bangsa kita besar Perlu kepemimpinan yang nyata. Amin.
Twitter @Fahrihamzah 8/12/2018