KULTWIT
You are here: Home » Kultwit » MARI BANTU PARA CAPRES MEMPERTAJAM ISU KESEJAHTERAAN RAKYAT

MARI BANTU PARA CAPRES MEMPERTAJAM ISU KESEJAHTERAAN RAKYAT

Sahut menyahut para tim sukses dan capres yang tidak diatur oleh KPU membuatnya tema kampanye tidak teratur. Publik pun bingung capres kita lagi bicara apa? Perlu kita bantu agar media semakin sistematis. Perlu dibantu capres makin fokus pada isu kesejahteraan.

Sepanjang masa kampanye ini, belum ada perdebatan publik yang substansial dan paradigmatik yang disajikan oleh capres maupun tim sukses. Isu dan dan permasalahan bangsa yang muncul tidak digali secara mendalam dan dicari akar permasalahannya.

Pada saat yang bersamaan sebenarnya banyak isu krusial yang harusnya menjadi tema perdebatan publik. Terutama  isu kesejahteraan. Isu yang seharusnya bersentuhan langsung dengan rakyat sebagai pemilik suara yang diperebutkan kedua calon.

Dalam catatan saya sejauh ini, sudah banyak isu yang menyangkut kesejahteraan ini terlewat begitu saja tanpa melahirkan tawaran-tawaran solusi sistemik. Bahkan narasi dan visi misi capres pun sulit diterjemahkan dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang muncul belakangan ini.

Isu BPJS Kesehatan misalnya, yang merupakan program “universal coverage”, kok terkesan selesai. Padahal ini nasib kesejahteraan seluruh rakyat. Di program nasional ini ada 96 juta PBI (Penerima Bantuan Iuran) yang dikategorikan miskin dan harus disubsidi.

Ada jutaan nasib tenaga kesehatan (dokter, perawat, apoteker dll), melibatkan banyak instansi dan industri dibidang kesehatan. Dampak yang timbul dari masalah ini begitu mendasar dan masih bagi kesejahteraan.

Bagaimana masa depan BPJS Kesehatan? Mau dibawa kemana? Apakah akan dihentikan? Apakah akan dibiarkan BPJS bangkrut? Apakah akan ditarik mengikuti pakem sistem jaminan sosial yang dipraktekkan di negara Eropa Barat dan Skandinavia ?

Kandidat capres harusnya punya narasi masa depan tentang ini. Visi misi harus dijabarkan dalam peta jalan yang jelas. Agar rakyat tahu dan paham kepada siapa keberpihakan para capres ini ditujukan dan apakah JKN tetap akan bisa ada di masa depan?

Isu krusial yang tak kalah penting dan mewarnai hampir setiap lini media massa adalah isu defisit neraca perdagangan. Impor yang selalu melebih ekspor kita bukan hanya mengindikasikan kita kehilangan sejumlah uang sehingga mata uang rupiah melemah.

Tetapi ini adalah sinyal kemampuan produksi kita lemah. Kita memakan apa yang tidak kita produksi. Kemandirian yang harusnya jadi ruh Nawa Cita ternyata hanya sekedar slogan. Kita telah jadi bangsa yang bergantung pada asing. Perut dan keseharian kita.

Defisit perdagangan juga menjadi sinyal bahwa produktivitas nasional kita rendah, yang artinya pendapatan nasional kita juga rendah. Tapi kita terlampau konsumtif, makanya utang kita terus membengkak. Jelas bahwa fundamental kesejahteraan kita begitu rapuh.

Ditambah lagi fakta bahwa dalam sepuluh tahun terakhir ini kita mengalami deindustrialisasi. Kontribusi industri manufaktur dalam perekonomian terus menurun. Tenaga kerja yang terserap di sektor ini pun menurun.

Tapi statistik kita mencatat pengangguran berkurang. Apakah karena program infrastruktur? Hampir semua infrastruktur yang di kerjakan pemerintah jokowi padat modal (bukan padat karya), teknologi tinggi, hampir semua sumberdaya dari asing bahkan tenaga kasar.

Ternyata statistik mencatat 70% angkatan kerja kita (yang jumlahnya 130an juta) lari ke sektor informal. Mereka menjadi mayoritas anak bangsa yang hidup dari usaha kecil, dan mikro; buruh petani, nelayan, pedagang, pengrajin, kaki lima dan informal .

Kantung-kantung kemiskinan muncul baik di desa maupun kota. Dan dari sinilah seharusnya narasi kandidat capres dibangun. Seharusnya permasalahan mayoritas anak bangsa ini menjadi begitu penting dan genting untuk didiskusikan. Agar tampak kemana kebijakan negara ini berpihak ke depan.

Impor beras disaat petani panen raya, impor jagung disaat daerah penghasil jagung seperti sumbawa surplus jagung sehingga harganya menjadi jatuh. Petani selalu rugi di tanah yang subur makmur. Tapi kok seolah ini berlalu begitu saja. Capres belum mendalami Tema Pilpres 2019.

Di Amerika dan Eropa suara petani dianggap begitu penting dan diperhitungkan dalam pemilu. Bahkan dalam menghadapi perang dagang dengan Tiongkok, Donald Trump menjanjikan untuk menambah subsidi bagi petani Amerika untuk menekan dampak kerugian petani.

Banyak Tema Pilpres 2019 yang dapat digunakan untuk mendekati kepentingan rakyat. Kandidat capres harusnya punya pemahaman persoalan dan keberpihakan yang jelas. Agar publik tidak menilai bahwa keduanya sama saja..

Sekian.

Twitter @Fahrihamzah 22/11/2018

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top