Tidur lagi.
Dan aku bermimpi, tentang kau yang dulu berjanji,
akan setia dan menjadi diri sendiri..
Seperti saat sepi-mu dan sederhanamu,
dan lugumu, dan nampak tulusmu,
nampak masih asli, dalam balutan nurani…
Dalam mimpi, di dalam mimpi….
Lalu, kau berdiri, kau menabur gula,
dan di sekelilingmu…menyemut makhluk melata…
Serangga dari berbagai keluarga…
Mereka berebut rasa suka…
Kau bilang sibuk bekerja…
Padahal mereka berpesta..
Pesta pora…
Kau belum terbangun dalam mimpiku…. aku juga..
Kau memaksa diri makan keju agar berbunyi cas..cis..cus… memakai baju orang lain dan jaket pemain musik cadas… menyuap milenial bergincu tebal dan menikmati gombal yang berjubal… asal bapak senang!
Dan kamera-kamera…di mana-mana… di atas bencana dan di atas sajadah… Action!.. cut!
Padahal,
aku ingin kau menjadi lentera bangsaku dalam gelap…. menyalakan harapan tentang apa yang sudah diucapkan para pendiri bangsaku… warna benderaku, warna ideologiku, dan warna hatiku yang membiru oleh kecemasan akan masa depanku…
Kau galau sejak awal mas,
kau tak mampu mengeja siapa dirimu, siapa bangsamu, dan siapa pendiri Republik mu..
Kau membaca apa yang tak kau tulis dan menandatangani apa yang kau tak baca…
Kau berpura-pura dalam segala cuaca…
Kau berkata apa yang tak kau rasa…
Kini,
Kau datang lagi padaku,
setelah kau ubah haluan negara, bahwa ada negara dalam negara, ada ideologi selain Pancasila, ada bahaya yang tak kau beritahu kami itu apa…
Tiba-tiba kau menjadi kejam, senyum sambil persekusi, membubarkan perkumpulan tanpa pengadilan….
Kau datang lagi,
setelah hukum tak nampak seimbang, timbangan berat sebelah, pandang bulu dan hukum hanya melayani kekuasaan…
Atas nama keamanan dan ketertiban, pengajian kau inteli, ulama kau takuti, ceramah dan tulisan kau benci…. Ada apa denganmu?
Kau ingin kembali normal?
Kau ingin seperti yang dulu?
Kau ingin kembali ke sedia kala?
Rasanya sulit!
Dusta harus kita selenggarakan di atas dusta, dan pesta tak akan Menghentikan dirinya sendiri kecuali ada yang memaksanya berhenti! Dan kau tak menyadari….
Rasa sesalmu,
tampak terpaksa,
keberanianmu nampak maya.
Dan luka tak bisa disembuhkan dengan simbol belaka.
Dan kau membawa pasangan baru.
Entah pesan apa yang ingin kau bawa.
Karena jika kau ingin meng-kader anak bangsa bukan begitu caranya.
Percayalah kau salah arah.
Maafkan aku,
kalau aku tetap berkata-kata dan meluapkan amarah sebatas kata karena kau sedang mabuk aura istana rumah kaca.
Dan jika kau lupa, aku ingin membawa berita:
Bahwa pesta ini akan berakhir.
Waktu pagi,
Saat terbangun lagi,
Dan kau tak pernah ada.
Hanya boneka di sisiku.
Twitter @Fahrihamzah 16/1/2019