Hari (Rabu, 8/8/18) ini saya tiba kembali di pulau Lombok, sebuah pulau yang malang, sebuah Nusa yang murung.
Menangis oleh musibah gempa yang bertubi-tubi.
Saya mengusulkan kepada pemerintah untuk menjadikan status bencana di sini sebagai Bencana Nasional.
Terdapat hampir 800-an kali getaran dan 2 kali puncak yang mematikan. Senin, 30 Juli 2018
11.48 PKL gempa bumi berkekuatan 6,4 pada skala Richter mengguncang, pulau utama Nusa Tenggara Barat ini. Disebabkan aktivitas sesar naik Flores (Flores Back Arc Thrust).
Dampak gempa itu sangat terlihat di Sambalia dan Sembalun – Lombok Timur, beserta Bayan Lombok Utara.
Sebagian rumah-rumah warga hancur rata dengan tanah, fasilitas ibadah, pendidikan dan kesehatan juga retak-retak atau roboh.
Di gelombang I ini selain robohnya beberapa infrastruktur dan rumah-rumah warga, kurang lebih 20 orang warga dan wisatawan meninggal dunia, ratusan luka-luka dan ribuan yang bertahan di tenda-tenda pengungsi.
Alhamdulillah, respon pemerintah cepat. Bantuan dari berbagai NGO dan lembaga charity mengalir sampai kepada korban.
Sepanjang jalur Sambalie, Sembalun, kamp-kamp pengungsi dengan bantuan dari berbagai elemen masyarakat. Disaat seperti inilah, kita berbagi.
Saya bersama dengan anggota DPR lainnya, pada 1 Agustus 2018, bisa bertemu dan menyapa langsung warga korban gempa di Obel-Obel dan Madayin.
Kami berinisiatif mengumpulkan gaji dan kontribusi dari sebagian rekan-rekan DPR.
Pada 3 Agustus 2018, saya bersama teman-teman FahriVoice berinisiatif mengirimkan 2 truk bantuan susu dan bantuan lainnya.
Sebab sewaktu mengunjungi korban pada 1 Agustus; saya khawatir dengan kondisi kesehatan dan suplai nutrisi dari korban, utamanya anak-anak.
Saya juga mengkhawatirkan trauma psikologis korban, karena mereka masih belum berani kembali ke rumah.
Gempa-gempa susulan membuat mereka tidak aman, tidak nyaman. Itulah sebabnya, kami juga turunkan tim trauma healing.
Saya juga mengkhawatirkan nasib pengungsi yang berada di lokasi-lokasi terisolir. Saya mohon mereka untuk diperhatikan.
Analisa spasial dampak gempa digunakan, untuk menyisir spot-spot korban; jangan sampai ada yang tidak mendapatkan perhatian.
Namun, belum selesai upaya recovery yang kita lakukan, pada 5 Agustus gempa yang lebih dahsyat terjadi lagi.
Saat kejadian, sebagian tim saya masih berada di lapangan untuk mendistribusikan bantuan. Gempa itu lebih besar dan lebih memiliki daya rusak yang dahsyar.
Gempa 5 Agustus kali ini dampaknya jauh lebih parah. Jika 29 Juli, kita saksikan korban dan reruntuhan utamanya di 3 kecamatan Sambalia, Sembalun dan Bayan.
Kali ini, gempa 5 Agustus, 5 kabupaten-kota terdampak. Setengah pulau Lombok juga terdampak.
Gempa dengan 7 SR dengan lebih 200 gempa susulan; menyebabkan rumah, masjid, hotel, dan kantor rata dengan tanah.
Listrik di pulau Lombok mati, jaringan air bersih rusak, ratusan korban meninggal, ratusan ribu mengungsi. Fasilitas-fasilitas publik lumpuh total.
Ini di Lombok Utara seperti daerah mati. Disanalah episentrum gempa kali ini. Lombok Timur, Lombok Barat, Mataram dan Lombok Tengah juga terkena.
Sepanjang jalan raya rumah-rumah hancur berantakan. Seperti sehabis dilibas ekor raksasa.
Para wisatawan juga memenuhi bandara, hendak meninggalkan Lombok. Sektor pariwisata yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian NTB mendapatkan pukulan terbesarnya.
Hotel-hotel rusak parah, warga dan wisatawan juga trauma dengan situasi yang ada.
Situasi ini mengajak kita untuk saling merangkul, saling bekerjasama. Disinilah ujung rasionalitas.
Disinilah kita dapat menghayati kalimat suci “Hanya kepada Allah kita bergantung, hanya kepada Allah kita memohon pertolongan”. Situasi saat ini menciptakan kekalutan dan trauma
Penyelesaian gempa lombok 5 Agustus ini, tidak cukup hanya ditangani dari Lombok. Gempa ini harus ditangani secara nasional dengan pasokan sumber daya dari luar NTB.
Saya sangat menyesalkan, pernyataan pemerintah terkait status gempa Lombok bukan Bencana Nasional.
Tolong lihatlah tempat kami. Setengah pulau kami roboh, ratusan orang meninggal. Listrik dan air mati. Ratusan ribu mengungsi.
Sumber daya lokal kami tidak lagi memadai.
Ini bencana nasional.
Gempa ini mengajarkan kita banyak hal. Disinilah kesempatan kita untuk merenung, mendapatkan hikmah.
Disini pulalah kesempatan kita untuk berbagi, menjaga ukhuwah, persaudaraan, silaturrahmi dan merawat ikatan kebangsaan kita.
Saya bersama rekan-rekan juga sedang mendorong gerakan Koin Untuk Lombok.
Gerakan solidaritas nasional untuk recovery korban gempa. Ini mesti menjadi gerakan nasional. Saya perhatikan respon masyarakat sipil luar biasa.
Ini momentum kita.
Tampaknya kita memerlukan waktu yang lama untuk recovery gempa. Dengan melihat sendiri dampak gempa hari ini, Lombok Utara mesti dibangun ulang.
Kabupaten yang lain juga mesti diperhatikan.
Recovery pariwisata kita juga mesti menjadi perhatian serius.
Dan yang paling penting diatas semua rencana-rencana recovery itu, evakuasi korban, menangani pengungsi itu prioritas utama. Bangunan hanyalah benda mati.
Tapi manusia ini bernyawa. Mereka adalah prioritas kita. Gempa ini menimbulkan luka. Bukan luka yang biasa. Ini luka yang dalam.
Jangan lagi mengatakan, gempa Lombok bukan Bencana Nasional.
Ini bencana besar.
Ini Bencana Nasional.
Ini akan lama.
Twitter @Fahrihamzah 8/8/2018