Kata terpenting 2019 adalah “Kepemimpinan Nasional”. Setiap 20 Oktober lima tahun-an memang kita selalu melantik Presiden Baru bisa berlatar petahana bisa juga penantang.
Setiap 1 Oktober kita melantik anggota DPR/DPD dan MPR. Tahun 2019 adalah penentuan, ada harapan ada kecemasan.
Maka saya ganti nama akun saya #2019AwalPerubahan karena saya ingin meletakkan harapan pada tahun penting ini.
Silahkan bikin hestek masing2 sesuai selera tapi saya berharap tahun ini akan menjadi awal bagi perbaikan di negeri ini di mulai dari reformasi kepemimpinan.
Saya berharap kita mengerti betul betapa pentingnya pemimpin di negeri ini. Demokrasi kita masih muda, sistemnya masih baru meski kita punya sejarah tapi sering kita mundur dan tertinggal jauh. Di dalamnya peran pemimpin penting sekali.
Negara demokrasi baru seperti kita ini sering mencatat sejarahnya di punggung pemimpin-nya. Sebetulnya nanti sejarah dicatat di punggung semua orang. Dengan berjalan waktu itu akan terjadi dan sudah terjadi. Tetapi kepemimpinan masih menjadi kunci.
Cermin itu ada di depan mata, kita sudah menyaksikan hari-hari, konstitusi yang sama, UU yang sama, lembaga negara yang sama, tetapi dengan kepemimpinan yang berbeda kita menemukan realitas yang beda. Tidak saja realitas fisik tapi juga hal-hal yang sulit dibaca.
Dan diantara kita, ada yang mencemaskan apa yang kasat mata. Sebagian mencemaskan yang sulit dibaca.
Keduanya penting, jangan lupa sejarah dalam jangka panjang ditentukan oleh yang tak terbaca dalam jangka pendek.
Saya termasuk yang mencemaskan hal-hal yang tak nampak. Setelah terlibat panjang dalam membantu membangun transisi demokrasi sejak mahasiswa sampai hari ini saya ikut menjaga modal sosial dan modal demokrasi kita. Saya seperti menemukan, ada bahaya mengancam kita.
Bahaya itu juga datang dari yang maya, yaitu gagalnya elite bangsa dan cerdik pandai membaca apa yang sedang terjadi di dunia kita.
Ada semacam kegalauan massal pada elite bangsa. Juga pemimpin politik yang seharusnya nampak tegar dan gagah perkasa.
Maka, nampaklah sebuah bangsa yang redup, tak punya cerita bersama, bangsa yang kehilangan narasi kolektif dan cita-cita bersama sehingga nampak tak punya arah. Lalu hari-hari bertengkar dengan soal sederhana dan remeh.
Sebuah bangsa yang sudah tidak punya cerita bersama cenderung mudah bersengketa dan diadu domba.
Inilah kita hari ini. Kita berada dalam situasi sengketa yg tak kita bisa hindari krn memang ada kesulitan mencari titik temu. Kita bingung dari mana kita mulai.
Nah, tahun ini, tahun 2019 akan melintas di depan kita kesempatan. Sebuah momentum 5 tahun sekali. Kita akan memilih pemimpin baru. Maka dari semua kriteria yang ada, pilihlah yang punya kecerdasan yang memadai agar ia mampu membangun narasi.
Kita sedih bahwa seleksi terhadap Calon Anggota Legislatif tak terfasilitasi dengan baik. KPU mungkin juga krn UU, tidak diberi waktu debat Caleg. Sehingga mungkin publik takkan terlalu tahu siapa yang bisa mikir siapa yang tidak.
Maka sisa harapannya tinggal pada Debat Capres 2019 yang akan berlangsung 5 kali dengan materi yang berbeda. Materi terlalu luas, tapi waktu terlalu sempit. 5 kali dibagi kepada 4 orang. Masing-masing 1,25 kali penampilan. Tak sampai 2 kali.
Inilah tahun penting kita. Marilah kita memasuki tahun 2019 dengan perasaan ingin mengubah nasib. Dengan menuntut pemimpin yang lebih punya kapasitas memimpin bangsa kita. Harapan adalah doa kita semua. Kita niatkan bahwa tahun 2019 Awal Perubahan ke arah yang baik.
Semoga kita memasuki tahun baru 2019 ini dengan perasan yang lebih kuat.
Bahwa tahun 2019 Awal Perubahan agar dalam 5 tahun ke depan INDONESIA akan bangkit menjadi rajawali yang terbang tinggi.
SELAMAT TAHUN BARU 2019. Semoga Allah, Tuhan Yang Maha Esa memberkahi kita semua.
Twitter @Fahrihamzah 0:28-1:14 1/01/2019